Beberapa hari setelah saya tiba di rumah, saya segera kembali ke Jakarta untuk mengurus visa Schengen. Tadinya sih berencana mengurus di U.S. setelah saya berhasil membeli tiket Jakarta ~ Frankfurt. Akan tetapi, saya tidak menemukan asuransi perjalanan untuk warga Indonesia di sana. Selain itu, embassy Jerman yang terdekat dengan Seattle ternyata ada di San Francisco, artinya biaya dan waktu extra untuk pulang balik Seattle - SF (itu pun kalau visanya bisa langsung di-approve tanpa perlu kembali mengurus ini itu di Seattle dulu).
Saya tiba di kedutaan Jerman di pagi hari sekitar jam 6. Saat itu saya menggunakan taxi dari tempat teman saya ke sana. Untunglah teman saya sudah memastikan bahwa letak kedutaan tersebut adalah di dekat Bundaran HI dan di belakang hotel Mandarin Oriental kalau tidak tentulah saya sudah percaya pada supir taxi yang berkeras kalau kedutaan Jerman ada di Kuningan, ckckck
Saya bergabung dengan sekitar 10 orang yang sudah mengantri lengkap dengan map berisi berkas-berkas aplikasi visa. Pukul 7 barulah gerbang kedutaan dibuka dan antrian saya bergerak perlahan. Hanya ada satu pemeriksaan keamanan dan setelah itu saya bisa ke atas dan mengambil nomor antrian menuju jendela kaca tempat staff kedutaan bertanya-tanya tentang alasan ke negaranya.
Dua orang kenalan baru saya di sana sudah berhasil memasukkan aplikasi dan pulang. Saya pun menyerahkan berkas-berkas saya yang saya yakin sudah lengkap berdasarkan informasi yang saya lihat di website embassy. Hasilnya saya gagal memasukkan aplikasi visa. Staff di balik kaca mengatakan foto saya salah, harus 3.5 x 4.5 cm dan 80% wajah. Selain itu saya juga diminta mengganti alamat di passport menjadi alamat di Indonesia. Waduh, saya baru sadar ketika lapor diri di KJRI San Francisco dulu alamat saya sudah diganti ke alamat di Seattle. Jadi, pulanglah lagi saya ke kota kelahiran untuk mengurus ganti alamat di kantor imigrasi.
Passport saya harus menginap di kantor imigrasi karena belum juga diganti alamatnya. Akhirnya tepat 12 hari sebelum tanggal keberangkatan saya ke Jerman, saya membeli tiket ke Jakarta dan mendesak orang-orang imigrasi bahwa saya harus ke Jakarta keesokan harinya. Bagaimana tidak, proses visa turis Schengen adalah 10 hari jadi jika saya tidak ke Jakarta di hari berikutnya, bisa dipastikan kalau saya harus mengubah tiket Jakarta ~ Frankfurt saya dan terlambat mengikuti riset yang sudah dijadwalkan. Saya sungguh bingung saat itu. Keesokan harinya saya menelpon lagi orang imigrasi untuk memastikan passport dan alamat saya. Syukurlah pada akhirnya urusan ganti alamat bisa diselesaikan.
Malamnya saya sudah kembali ke Jakarta dengan flight domestik terakhir hari itu. Saya kembali ke kedutaan Jerman keesokan harinya. Seperti biasa, setelah antrian dan security check maka sampailah saya ke depan jendela tempat petugas-petugas wawancara berada. Kali ini petugas yang mewawancara saya sudah berbeda, ia menanyakan tujuan saya di Jerman, berapa lama, dan status pekerjaan saya saat ini kemudian memeriksa dokumen-dokumen saya dan membolak-balik passport saya. Saya membayar biaya visa sekitar Rp. 740.000 (kurs IDR - Euro hari itu sedang turun, biasanya bisa jauh lebih murah) setelah itu petugas memberikan kartu berisi tanggal dan jam pengambilan passport. Passport akan berisi visa jika permohonan di-approve. Saya pulang lagi ke kampung halaman saya.
10 hari kemudian, saya kembali ke Jakarta. Kali ini lengkap dengan bagasi dan semua paper untuk keperluan riset. "Kamu jadi ke Jerman?" tanya teman saya. Saya tidak bisa memastikan. Bila visa saya di-approve, maka malam itu juga saya akan ke Jerman. Bila tidak, maka pulanglah saya kembali ke kota kelahiran .... Saya ke embassy siang hari sesuai dengan jam yang ada di kartu pengambilan passport. Syukurlah di dalam passport ada label visa, malam harinya saya langsung menuju terminal 2 untuk penerbangan ke Frankfurt.

mau ke jerman ya wah hebat :D
ReplyDeleteaku bisa bayangin itu masih pusing banget ya menghadapi pihak imigrasi
biasa orang2 pemerintahan mah memang selalu bertele-tele, yg mudah kayak bikin KTP baru susah kesana kemari :p
kata teman saya sih ngurus visa itu tergantung nasib, klo nasibnya lagi baik jalannya mulus. tapi kalo nasibnya lagi kurang bagus yang jadi ribet. heheee...
ReplyDeletesalam kenal yaaa... keren banget deh dari amrik ke eropa, fiuh.. ngiri saya hehee...
Wah susahnya, mau pergi ke luar negeri ternyata ribet ya ngurus visanya... kliatannya lebih cepet ngurus npwp :P btw ditunggu cerita jalan2nya di Jerman...
ReplyDeleteHi Winnie, salam kenal yah....
ReplyDeleteVisa memang complicated yah..... Tapi serepot-repotnya visa masih lebih repot ngurus passport di negeri sendiri. Saya pernah coba bikin passport di Imigrasi Jak-Sel, dan saya harus datang 3 kali sampai passport saya selesai. Time and emotion consuming, right?
Happy researching in Germany yah.... Link nya saya add di blogroll ku yah. Mohon ijin
Waduh, memang urusan sama kantor imigrasi seringkali menyebalkan. Tapi sukur kalo akhirnya lancar.
ReplyDeleteSukses terus ya!
★ Ria:
ReplyDeleteKebetulan dapat projek riset...
yup..entah kenapa hal2 yg tidak rumit harus dibuat rumit sm mereka T_T
★ Mila:
Masih kalah sm Mila yg sudah keliling hampir seluruh nusantara :)..
★ Alice:
Ya begitulah...kadang selalu saja ada yg 'unexpected' ...
★ Cipu:
Hai Cipu, salam kenal juga ya.. thanks ya sudah stop by ... silakan2, link-mu juga ku add di blogroll :D
★ Damz:
Ya nih, selalu!! Dari sejak buat passport, perpanjang passport, etc selalu aja ada yg salah... seandainya urusan passport bisa dilakukan online saja, soalnya males nih ketemu bapak2 itu lagi :)
Hello, winnie..thanks for coming to my blog..
ReplyDeleteWew... Germany! I always wish I can go there someday... :D
Hello Rhein .. thanks for coming to my blog too. Germany is wonderful, you should go there one day. :-)
ReplyDelete